Gelar Festival Lestari, Kabupaten Sigi Janji Tingkatkan Pembangunan Berbasis Berkelanjutan
Pemerintah Kabupaten Sigi menggelar Festival Lestari ke-5 pada 23-25 Juni 2023. Bupati Sigi, Sulawesi Tengah Mohamad Irwan mengatakan festival ini menjadi salah satu upaya dia untuk meningkatkan semangat dan mimpi kembangkan sektor pembangunan yang berbasis berkelanjutan. “Mimpi kami untuk terus tumbuh lebih baik dari berbagai sektor pembangunan yang berbasis berkelanjutan,” katanya pada 23 Juni 2023 kepada binamargadki
Festival Lestari yang dilaksanakan di Kabupaten Sigi ini merupakan pelaksanaan festival ke-5 dan ini pertama kalinya festival dilaksanakan secara luring setelah pandemi COVID19. Festival kali ini mengambil tema “Tumbuh Lebih Baik”, seperti perjalanan kami untuk terus tumbuh dan berproses menjadi kabupaten yang semakin lestari. Festival ini juga menjadi amunisi baru untuk kami untuk menyambut hari kelahiran Sigi yang ke-15 tahun esok hari dengan semangat dan mimpi kami untuk terus tumbuh lebih baik dari berbagai sektor pembangunan yang berbasis berkelanjutan.
Festival Lestari adalah wadah bersama untuk merayakan dan mempromosikan kemajuan implementasi pembangunan lestari bagi kabupaten anggota dan jejaring mitra Lingkar Temu Kabuapaten Lestari. Festival Lestari hadir sebagai sarana untuk membuka dan mempererat gotong royong untuk cita-cita kita bersama mencapai pembangunan lestari di daerah.
Festival Lestari yang dilaksanakan di Kabupaten Sigi ini pertama kalinya festival dilaksanakan secara luring setelah pandemi Covid-19. “Festival kali ini mengambil tema “Tumbuh Lebih Baik”, seperti perjalanan kami untuk terus tumbuh dan berproses menjadi kabupaten yang semakin lestari. “Festival ini juga menjadi amunisi baru untuk kami untuk menyambut hari kelahiran Sigi yang ke-15 tahun esok hari dengan semangat dan mimpi kami untuk terus tumbuh lebih baik dari berbagai sektor pembangunan yang berbasis berkelanjutan,” kata Irwan
Keanekaragaman Hayati Dan Budaya di Provinsi Sulawesi Tengah
Irwan mengingatkan Kabupaten Sigi terletak di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan rumah bagi salah satu aset Indonesia dan dunia untuk keanekaragaman hayati dan budaya, Cagar Biosfer Lore Lindu. Karenanya, pola pembangunan hijau juga amat sesuai bagi Provinsi Sulawesi Tengah untuk mengembangkan potensi aset istimewa ini menjadi roda ekonomi yang dilakukan secara bijak dan berbasis alam. Perwujudan konsep kabupaten yang lestari membutuhkan berbagai inovasi untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat secara berkelanjutan sambil terus menjaga kelestarian 75 persen hutan lindung yang mengelilingi Kabupaten Sigi. Untuk mewujudkan kedua hal tersebut, kami telah memperkuat payung hukum kelestarian lingkungan dengan menetapkan Perda Sigi Hijau sejak Agustus 2019.
Kabupaten Sigi sudah mengalami sendiri bagaimana alam yang sehat menjadi penyelamat kami untuk bangkit dari ke arah yang lebih baik setelah bencana gempa, likuifaksi, dan badai Covid-19 yang menghancurkan ekonomi masyarakat. Tanah dan air kami yang kualitasnya terjaga setelah bencana membuat kami mampu mengembangkan berbagai potensi basis alam untuk bangkit kembali setelah ‘hantaman’ tersebut.
Bagi Kabupaten Sigi yang memiliki alam sehat sebagai aset utama, model pembangunan yang mendorong hilirisasi basis alam membuat daerah tidak perlu bergantung pada sektor yang ‘rakus lahan’ dan bisa menghasilkan produk dan jasa bernilai tambah tinggi. Komoditas yang tumbuh baik dengan di alam yang terjaga dengan bantuan petani dan pekebun yang bertanggungjawab seperti kakao, vanili, kelor, kemiri dan kelapa tidak hanya bisa dijual dalam bentuk komoditas tapi juga produk turunan.
Dari aspek pariwisata, Sigi memiliki salah satu spot paralayang terbaik di Asia, yaitu di Puncak Paralayang Wayu. Sigi juga memiliki Danau Lindu yang merupakan bagian Cagar Biosfer Lore Lindu yang memiliki daya tarik khusus untuk para wisatawan, peneliti, dan penikmat keindahan alam. Kerja melestarikan lingkungan dan mensejahterakan masyarakat ini tentu tak bisa dilakukan sendiri. Pihak-pihak yang terlibat dalam festival ini bisa bersama-sama turun tangan untuk mewujudkan ekonomi lestari termasuk generasi muda yang tergabung dalam Gampiri Interaksi. Seperti yang terkandung dalam filosofi Tari Raego, warisan budaya non-benda dari Sigi, yang menggambarkan bahwa kebersamaan menjadi salah satu kunci utama dalam menjaga alam.