Rangkaian acara Pemira (Pemilihan Awam Raya) FISIP Undip telah tancap gas mulai tanggal 11 November lalu. Meskipun telah menempuh puncak pemungutan bunyi dan sudah menemukan juara-juara dari senator, bukan berarti tidak ada jalan curam yang dicapai. Dari sempurna 5.058 mahasiswa yang teregistrasi di DPT, Panitia Pemilihan (Panlih) mencatat cuma 1152 pemilih yang mengaplikasikan hak pilihnya. Angka ini menurun drastis dari tahun lalu yang mendapatkan animo sebesar 1.712 pemilih dari sempurna 3.972 DPT.

Kecuali itu, dalam rangkaian kampanye verbal (orasi) sebagai komponen dari susunan jadwal Pemira, orasi yang dikerjakan pada Jumat (25/11) lalu diukur panitia pemilihan (panlih) minim bet 10 ribu antusiasme.

Orasi yang Terlambat Mulai dan Pesat Berakhir

Orasi tahun ini dikerjakan secara luring dan sifatnya terbuka di depan gedung D FISIP Undip. Orasi yang dikerjakan dibagi menjadi empat babak merupakan Orasi Calon Senator UPK, Orasi Calon Senator Departemen Administrasi Bisnis, Orasi Calon Senator Kekerabatan Internasional, dan Orasi Calon Senator Ilmu Pemerintahan.

Kerja orasi ini tak berjalan pantas dengan waktu yang dijadwalkan. Orasi wajib diawali pas pada pukul 08.00 WIB, melainkan kenyataannya telat sebagian menit. Rangkaian sesi kesibukan orasi yang dijadwalkan selesai pada pukul 11.25 WIB justru ditutup pada pukul 10.33 WIB.

Penutupan acara orasi yang lebih permulaan disebabkan kurangnya antusiasme mahasiswa. Pembagian waktu untuk sesi tanya jawab yang dijadwalkan 5 menit per calon senator dipangkas menjadi 2 menit. Pada dikala pembacaan orasi, beberapa besar mahasiswa yang ikut serta menonton tak menampakkan perhatiannya. Pun, tak ada mahasiswa yang angkat bicara selama pembacaan orasi dari calon senator pertama, Jonathan Benjamin Silahi, hingga ke calon senator ketujuh, Ahmad Miftah.

Panlih Poin Antusiasme Kampanye Masih Minim

Merespon kurangnya keaktifan mahasiswa pada cara kerja orasi, Vania Leonyta selaku panitia orasi Pemira menyuarakan bahwa pihak panitia sudah menyebarluaskan isu mengenai kesibukan orasi lewat media sosial dan grup angkatan di tiap-tiap-tiap-tiap jurusan FISIP Undip. Melainkan, dirinya mengakui bahwa antusiasme mahasiswa untuk melihat orasi calon senator memang masih minim. Menurutnya, hal itu disebabkan beberapa mahasiswa yang masih mengikuti kesibukan di kelas, sehingga tak dapat ikut serta serta mengkritisi orasi calon senator.

“Antusias mahasiswa masih cenderung sedikit, hal hal yang demikian bisa diperhatikan dari mahasiswa yang berkumpul di depan gedung D untuk menyaksian orasi Jumat lalu,” papar Vania.

“Melainkan ini dapat saja disebabkan sebab masih ada mahasiswa yang mempunyai kelas di mata kuliah sehingga tak dapat mengikuti serta mengkritisi orasi dari calon senator,” lanjutnya.

Vania menyuarakan padahal antusiasme mahasiswa FISIP masih kurang, melainkan masih ada sebagian mahasiswa yang ikut serta serta serta slot garansi 100 menyuarakan suaranya pada calon senator lewat sebagian pertanyaan yang diajukan.

“Melainkan masih ada sebagian mahasiswa yang ikut serta serta serta ikut serta andil dalam mengkritisi visi misi calon senator dengan sebagian pertanyaan terkait visi misi ” ungkap Vania dikala diwawancarai LPM OPINI pada (28/11).

Mahasiswa mulai aktif bertanya sesudah penyampaian orasi oleh calon senator kedelapan atas nama Verena Suci. Sedangkan siang hari mahasiswa yang ikut serta meramaikan kampanye orasi kian meningkat. Pun sebagian mahasiswa cuma berlalu lalang sebab penempatan lokasi orasi yang termasuk jalan masuk jalan.

Berbeda dengan sistem pemilihan para calon Pemira yang dikerjakan secara daring, cara kerja kampanye verbal atau orasi dikerjakan secara luring. Vania menyuarakan bahwa hal ini dikerjakan atas dasar efektivitas dan efisiensi keberlangsungan orasi. Kenapa menurutnya, panitia pemilihan telah melaksanakan publikasi laporan segera di Instagram sebagai sarana isu secara daring..

“Ia orasi tak dikerjakan secara hybrid, sebab melihat terhadap efektifitas dan efisiensi dari keberjalanan orasi, sebab kami dari panitia juga telah menyediakan live report di Instagram dan dirasa cukup untuk penyebarluasan media secara daring,” terang Vania.

Kegiatan juga menambahkan bahwa esensi yang diperoleh dari orasi yang dikerjakan secara segera ini lebih besar dibandingi cara kerja secara daring.

“Esensi yang diraih dari orasi pun lebih besar jika dikerjakan secara segera atau luring,” imbuhnya.

Selayang Pandang Pemira Dari Mahasiswa FISIP

Sejajar orasi selesai dikerjakan dan rangkaian acara Pemira telah mendekati pemilihan yang dijadwalkan pada 30 November. Tifa, salah satu mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip menerangkan bahwa kampanye yang dia kenal merupakan kampanye yang dikerjakan melewati sosial media.

“Sejauh ini kampanye yang saya tau itu ada kampanye melewati media sosial (Instagram) yang dikerjakan sama calon-calon itu sendiri maupun timsesnya,” jelas Tifa dikala diwawancarai regu LPM Opini lewat chat.

Ia dengan pernyataan Tifa, salah seorang mahasiswa Administrasi Publik bernama Dinda juga menyuarakan bahwa dia mengenal kampanye dari media sosial.

“Kampanye-kampanyenya udah banyak dari calon senator di unggah di IG, visi-misi, prestasi, dan lainnya,” ungkap Dinda.

Tifa membagikan pula tanggapannya terkait Pemira FISIP tahun 2022 yang dikerjakan tanpa adanya pasangan calon Ketua BEM dan Wakil Ketua BEM. Kegiatan menyuarakan bahwa dia kurang tahu terkait kelanjutan dari Pemira tanpa pasangan calon BEM hal yang demikian.

Dinda pun ikut serta serta serta beranggapan mengenai kosongnya calon pasangan BEM pada tahun ini. Kegiatan menceritakan bahwa dirinya slot bet kecil kurang antusias dalam kesibukan Pemira kali ini.

“Kurang juga sih, ini kan harusnya Kabem-Wakabem ya, tp mengapa gak ada yang maju sama sekali, heran aja,” kata Dinda.

Fani, Mahasiswa Administrasi Bisnis, juga mengutarakan jika dia merasa bahwa Pemira kali ini kurang antusiasme dari mahasiswa.

“Mungkin, antusiasnya kurang sih, lebih ke belum membaur semuanya gitu,” terang Fani.